August 21, 2009

Selamat Datang Ramadhan.

salam. selamat datang bulan ramadhan, bulan yang penuh barakah dan bulan dimana kita dituntut untuk melakukan ibadah kepadaNya. Moga moga ramadhan tahun ini kita bersama sama akan mendapat keberkatan dan barakah dariNya. Amin Ya Rabbal Alamin.
Selamat Berpuasa Pada Kawan Kawan Semua.

August 17, 2009

GUNNERS RULEZ...

salam. minggu lepas EPL berlangsung balik selepas beberapa bulan berhenti rehat. team kesayangan aku Arsenal first game jumpa Everton kat tempat lawan. aku rasa semacam juga masa sepak mula tu. maklumlah, semenjak pemergiaan adibahyor dan toure ke manchester city adakah arsenal boleh survive?
rupa rupanya tanggapan aku meleset sekali. arsenal berjaya membelasah dan mengkendurikan (ayat baru ni) team everton ni dengan jaringan 6-1. pehhh, macam tak percaya je. ni baru first game ni. aku nengok bahagian midfield arsenal ada peningkatan. aku suka tengok denilson dengan alex song, mereka ada menunjukkan peningkatan.
arsenal ada beli central defender, bekas captain ajax iaitu thomas vermalen. fuh... dia partner pulak dengan galas.... settle.
ada jugak player yang injured seperti rocisky, walcott dan beberapa orang lagi. kalau si walcott ni main masa lawan everton tu, confirm boleh menang lebih lagi. tapi apa apa hal arsenal tak boleh mendabik dada lagi. ni baru first game. ada lagi 37 game lagi untuk dilalui lagi. tengah minggu ni ada qualifiying champion league. mudah mudahan berjaya la ye....

August 10, 2009

pemilihan hari membeli pakaian

Dalam berpakaian, ajaran Islam mensunatkan menjahit pakaian atau membeli pakaian pada hari Khamis, Jumaat dan Isnin. Tersebut di dalam kitab Hasyiatul Jamal :

- Barangsiapa menggunting baju atau membeli pakaian pada hari Sabtu, akan mempusakai penyakit selama pakaian itu dipakainya pada badan.
- membeli pakaian pada hari Ahad, mewarisi dukacita, kesusahan dan tiada berkat.
- hari Isnin, memperolehi berkat
- hari Selasa, mewarisi musibah
- hari Rabu, direzekikan dia dengan rezeki yang banyak tanpa banyak usaha
- hari Khamis, direzekikan dia dengan ilmu
- hari Jumaat, direzekikan dengan panjang umur untuk beribadat.

pemilihan hari membeli pakaian

Dalam berpakaian, ajaran Islam mensunatkan menjahit pakaian atau membeli pakaian pada hari Khamis, Jumaat dan Isnin. Tersebut di dalam kitab Hasyiatul Jamal :

- Barangsiapa menggunting baju atau membeli pakaian pada hari Sabtu, akan mempusakai penyakit selama pakaian itu dipakainya pada badan.
- membeli pakaian pada hari Ahad, mewarisi dukacita, kesusahan dan tiada berkat.
- hari Isnin, memperolehi berkat
- hari Selasa, mewarisi musibah
- hari Rabu, direzekikan dia dengan rezeki yang banyak tanpa banyak usaha
- hari Khamis, direzekikan dia dengan ilmu
- hari Jumaat, direzekikan dengan panjang umur untuk beribadat.

August 08, 2009

ramadhan al mubarak

Mengenal Ramadhan

Bulan Ramadhan mempunyai nilai khusus di hati Ummat Islam berhubung di bulan tersebut ada nilai ibadah yang sangat tinggi. Semangat Ummat Islam di seluruh dunia bangkit untuk beribadah kepada Allah ketika bulan ini datang. Oleh karena itu, Ummat Islam harus mengerti apa keterangan yang pasti dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits tentang apa keutamaan Ramadhan di sisi Allah yang bisa diraih oleh Ummat Islam. Sebab untuk mengamalkan agama Allah itu menurut Islam haruslah di atas dasar ilmu dan tidak boleh ikut-ikutan. Dan ilmu yang pasti dalam pandangan Islam tentang berbagai keutamaan yang ada di sisi Allah Ta`ala adalah hanya yang datang dari Al-Qur’an dan Hadits Shahih saja.

BEBERAPA KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

Berikut ini kami berupaya menyajikan kepada segenap pembaca yang budiman berbagai berita dari Al-Qur’an dan Hadits Shahih tentang keutamaan Ramadhan dan keutamaan amalan ibadah yang dilakukan di bulan itu. Agar kiranya dengan penyajian ini para pembaca yang budiman akan semakin mencintai bulan Ramadhan dan lebih semangat dalam menyambut dan meramaikan bulan tersebut dengan berlomba-lomba beramal shalih karena Allah Ta`ala semata.

Allah Ta`ala menegaskan tentang keutamaan bulan Ramadhan dalam firman-Nya di surat Al-Baqarah 185:

“Bulan Ramadhan adalah bulan yang diturunkan padanya Al-Qur’an sebagai petunjuk kepada sekalian manusia dan sebagai keterangan dari petunjuk dan furqan. Maka barangsiapa dari kalian menyaksikan bulan tersebut, maka hendaklah dia berpuasa.” (Al-Baqarah: 185)

Maka keutamaan yang paling utama bagi bulan Ramadhan ialah dipilihnya bulan tersebut oleh Allah sebagai bulan diturunkannya Al-Qur’an. Al-Hafidh Ibnu Katsir dalam Tafsir beliau menerangkan ayat ini dengan hadits Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (pada hadits no: 17109) dengan sanadnya yang bersambung sampai pada Watsilah bin Al-Asqa’ radliyallahu `anhu. Beliau memberitakan bahwa Rasulullah shalallahu `alaihi wa alihi wa sallam bersabda:

“Diturunkan Shuhuf Ibrahim pada malam pertama di bulan Ramadhan, dan diturunkannya Taurat pada enam hari pertama bulan Ramadhan, dan Injil diturunkan pada hari ke tiga belas bulan Ramadhan, dan diturunkannya Al-Qur’an pada hari ke dua puluh empat dari bulan Ramadhan.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya)

Ditambahkan pula oleh Ibnu Katsir beberapa riwayat dengan sanad yang bersambung sampai kepada Ibnu Abbas radliyallahu `anhuma bahwa beliau memberitakan: “Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan pada malam yang mulia (lailatul qadar, yaitu malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, pent). Dengan sekaligus seluruhnya diturunkan ke langit dunia, kemudian setelah itu Allah berbicara dengan Nabi-Nya apa yang dikehendaki-Nya (dengan menurunkan ayat demi ayat dari Al-Qur’an itu kepada NabiNya, pent). Dan orang musyrik tidaklah datang mendebat Nabi-Nya kecuali Allah selalu menurunkan ayat Al-Qur’an untuk membantahnya.”

Al-Imam Abu Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib bin Ali An-Nasa’i dalam Sunannya hadits ke 2106 dari Abi Hurairah radliyallahu `anhu bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam bersabda:

“Telah datang kepada kalian Ramadhan, ia adalah bulan yang diberkahi oleh Allah. Padanya Allah `Azza wa Jalla mewajibkan atas kalian untuk berpuasa. Dalam bulan ini dibuka pintu-pintu langit dan ditutup padanya pintu neraka jahannam dan dibelenggu pada bulan ini segala tipu daya syaithan. Bagi Allah pada bulan ini ada satu malam yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa yang diharamkan dari kebaikan bulan ini, maka sungguh dia diharamkan dari segala kebaikan.” (HR. An-Nasa’i dalam Sunannya juz 3 hal. 434 – 435 no. 2105 dari Abu Hurairah radliyallahu `anhu)

Dalam riwayat lain dari An-Nasa’i juga Abu Hurairah radliyallahu `anhu meriwayatkan sabda Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam dengan lafadh:

“Apabila masuk bulan Ramadhan, dibukalah oleh Allah pintu-pintu rahmat Allah.” (HR. An-Nasa’i dalam Sunannya juz 3 hal. 434 no. hadits 2104 dari Abu Hurairah radliyallahu `anhu)

Dalam riwayat yang lainnya lagi An-Nasa’i, dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam bersabda:

“Apabila masuk bulan Ramadhan, dibukalah pintu sorga.” (HR. An-Nasa’i dalam Sunannya juz 3 hal. 434 no. hadits 2103 dari Abu Hurairah radliyallahu `anhu)

Jadi dibukanya pintu-pintu langit itu adalah untuk turunnya rahmat Allah kepada kaum Mukminin dan dengan rahmat Allah itu pula orang Mukmin masuk sorga. Rahmat Allah bagi kaum Mukminin itu dalam bentuk ampunan Allah Ta`ala terhadap dosa-dosa kaum Mukminin di masa lalunya. Hal ini sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam dalam sabda beliau:

“Antara satu shalat dengan shalat yang lima waktu adalah pengampunan terhadap dosa yang terjadi diantaranya, antara ibadah Shalat Jum’at dengan Jum’at berikutnya adalah pengampunan terhadap dosa yang terjadi di antaranya, antara bulan Ramadhan dengan bulan Ramadhan berikutnya adalah pengampunan terhadap dosa yang terjadi diantaranya, bila dijauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim dalam Shahihnya juz 1 hal. 218 hadits ke 233 dari Abi Hurairah radliyallahu `anhu).

Pengampunan Allah Ta`ala terhadap dosa-dosa kaum Mukminin di bulan Ramadhan adalah sebagai rahmat Allah untuk mereka, dikarenakan kaum Mukminin menjalankan kewajiban puasa Ramadhan. Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena mengimani bahwa puasa di bulan itu wajib dan karena mengharapkan pahala dari sisi Allah, maka dia diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR. Bukhari dalam Shahihnya hadits ke 38 dari Abi Hurairah radliyallahu `anhu).

Dalam riwayat lain Al-Bukhari meriwayatkan dari Abi Hurairah juga bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang menunaikan qiyamullail (yakni shalat tarawih) dengan iman bahwa shalat itu dicintai oleh Allah dan mengharapkan pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya di masa lalu.” (HR. Bukhari dalam Shahihnya, lihat Fathul Bari, jilid 1 hal. 92 hadits ke 37).

Maka dengan demikian, pengampunan Allah terhadap dosa-dosa kaum Mukminin di bulan Ramadhan itu di samping karena mereka menjalankan kewajiban puasa pada siang harinya, juga karena menjalankan amalan sunnah yaitu menunaikan shalat tarawih pada malam harinya. Sebaliknya, orang-orang yang tidak mendapatkan keutamaan bulan Ramadhan ini, adalah orang-orang yang melalaikan kewajiban puasa bulan Ramadhan dan juga melalaikan shalat tarawih. Orang-orang yang demikian inilah yang dikatakan telah diharamkan untuk mendapatkan keutamaan tersebut dan dengan sebab itu mereka diharamkan dari segala keutamaan Allah di bulan yang lainnya.

Bulan Ramadhan adalah bulan penggandaan pahala amalan shalih setiap Mukmin, hal ini telah diberitakan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam:

“Demi yang diriku ada di tangan-Nya, sungguh bau tak sedap yang keluar dari mulut orang yang sedang berpuasa itu di sisi Allah lebih wangi dari baunya minyak wangi misik. Allah berfirman: Orang berpuasa itu meninggalkan syahwatnya dan makanannya dan minumannya karena Aku. Maka amalan-amalan puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Setiap amalan baik Aku balas dengan sepuluh kali lipat pahalanya sampai tujuratus kali lipat, kecuali puasa. Karena puasa itu adalah untukKu dan Aku sendiri yang akan memberi ganjarannya.” (HR. Malik bin Anas Al-Ashbahi dalam Muwattha’nya no. 603, lihat At-Tamhid juz 7 no. 468 dari Abu Hurairah radliyallahu `anhu).

Al-Imam Ibnu Abdil Bar rahimahullah menjelaskan dalam At-Tamhid jilid 7 halaman 471 sebagai berikut: “Maknanya, wallahu a’lam, bahwa puasa itu tidaklah tampak dari amalan anak Adam dalam bentuk perkataan dan perbuatan. Hanyalah sesungguhnya ia dinamakan puasa karena niatan yang ada di lipatan hati pelakunya yang tidak diketahui kecuali oleh Allah. Dan bukanlah puasa itu dari amalan yang nampak sehingga bisa dicatat sebagai amalan shalih oleh Malaikat pemelihara catatan amal, sebagaimana biasanya amalan dzikir, shalat, shadaqah dan segenap amalan-amalan yang lainnya. Karena yang dinamakan puasa itu menurut Syari’ah Islamiyah tidaklah hanya dalam bentuk amalan menahan makan dan minum (dan juga menahan syahwat kepada istri –pent). Karena setiap orang yang menahan diri dari makan dan minum, apabila tidak berniat dengan amalan itu untuk wajah Allah, dan tidak pula berkeinginan dalam menjalankan kewajiban puasa itu atau amalan sunnahnya itu untuk Allah, maka tidaklah orang yang mempunyai amalan demikian ini dinamakan beribadah puasa dalam pandangan Syari’ah-Nya. Oleh karena inilah kami telah katakan di atas, bahwa amalan ibadah puasa itu tidak bisa dideteksi secara lengkap oleh Malaikat pencatat amalan dan tidak dicatat oleh mereka, akan tetapi Allah sendiri yang tahu tentangnya dan Dia sendiri yang akan mengganjarnya dengan melipatgandakan pahala bagi hamba-Nya itu sekehendak-Nya.”

Di samping puasa itu merupakan amalan penghapus dosa dan melipatgandakan pahala pelakunya dengan tak terhingga melebihi lipatan ganjaran amalan shalih lainnya, juga puasa adalah tameng bagi kaum Mukminin. Hal ini telah diberitakan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam dalam sabda beliau berikut ini:

“Puasa itu adalah tameng, maka janganlah orang yang berpuasa itu berkata dengan perkataan yang keji dan jangan pula berbuat dengan perbuatan orang bodoh. Dan bila ada orang yang mengajak berkelahi dengannya atau mencaci-makinya, maka hendaknya dia mengatakan: aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari dalam Shahihnya lihat Fathul Bari juz 4 hal. 103 hadits ke 1894 dari Abi Hurairah radliyallahu `anhu).

Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menerangkan hadits ini dengan menukil berbagai riwayat. Maka dari keterangan beliau itu dapat disimpulkan berikut ini:

Puasa itu adalah tameng yang membentengi pelakunya dari bahaya api neraka. Juga ia adalah tameng dari berbagai godaan amalan maksiat, karena puasa itu semakin memperlemah hawa nafsu. Sedangkan perbuatan maksiat yang dilakukan oleh orang yang berpuasa itu akan menggerogoti fungsi puasanya sebagai tameng baginya dari api neraka. Kemudian Ibnu Hajar Al-Asqalani menambahkan: “Kesimpulannya ialah, bila orang yang berpuasa itu mampu menahan dirinya dari berbagai godaan syahwat di dunia, maka dia dengan amalan itu akan menjadi dinding baginya dari api neraka di akhirat.”

Bulan Ramadhan juga adalah bulan yang sangat diutamakan padanya membaca Al-Qur’an. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam sebagaimana diberitakan oleh Al-Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari rahimahullah dalam Shahihnya sebagai berikut. Ibnu Abbas radliyallahu `anhu telah mengatakan: “Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam adalah orang yang paling senang berbuat kebaikan, dan beliau biasanya di bulan Ramadhan lebih senang lagi dalam berbuat kebaikan, dimana di bulan ini Malaikat Jibril menjumpainya. Jibril `alaihis salam selalu menjumpainya setiap malam selama bulan Ramadhan sampai berakhirnya bulan itu, maka Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam dalam kesempatan setiap malam itu memperdengarkan bacaan Al-Qur’an beliau kepada Jibril (untuk dikoreksinya). Dan apabila Jibril menjumpainya, beliau sangat bersemangat beramal shalih sampai seakan cepatnya perjalanan angin yang berhembus.” (HR. Bukhari dalam Shahihnya hadits no. 1902 dan Muslim dalam Shahihnya hadits no. 2308).

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menerangkan apa yang bisa diambil pelajaran dari hadits ini: “Di dalam hadits ini ada beberapa kegunaan, sebagiannya adalah keterangan tentang besarnya semangat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam dalam berbuat kebaikan. Juga pelajaran yang berguna dari hadits ini adalah disunnahkannya memperbanyak berbuat baik di bulan Ramadhan. Kemudian juga bahwa bertambahnya semangat berbuat baik itu akan tumbuh kalau berjumpa orang-orang shalih dan beberapa saat setelah perjumpaan itu karena terpengaruh dengan perjumpaan itu. Dan pelajaran lain yang bisa ditarik adalah disunnahkan untuk saling membacakan Al-Qur’an di bulan Ramadhan itu.”.

KEUTAMAAN LAILATUL QADAR

Di samping berbagai keutamaan yang disebutkan di atas, ada pula keutamaan yang paling istimewa bagi kaum Mukminin di bulan Ramadhan. Yaitu satu malam yang penuh kemuliaan bahkan merupakan puncak kemuliaan bulan Ramadhan dan puncak kemuliaan segala hari di sepanjang tahun. Malam tersebut dinamakan Lailatul Qadar. Allah Ta`ala berfirman tentang Lailatul Qadar:

“Sesungguhnya Kami turunkan Al-Qur’an ini pada malam Lailatul Qadar. Dan tahukah kamu, apa itu Lailatul Qadar. Lailatul Qadar itu nilainya lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu para Malaikat Allah turun berduyun-duyun didampingi ruh yang mulia dengan izin Tuhan mereka untuk mengerjakan berbagai urusan. Malam itu sejahtera sampai terbitnya fajar.” (Al-Qadar: 1 – 5).

Malam Lailatul Qadar ini dinamakan juga oleh Allah Ta`ala sebagai malam yang diberkahi oleh-Nya. Hal ini sebagaimana diberitakan oleh Allah dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya Kami turunkan Al-Qur’an itu di malam yang diberkahi.” (Ad-Dukhan: 3)

Dan Lailatul Qadar itu yang telah dipastikan bahwa padanya diturunkan Al-Qur’an, terjadinya telah dipastikan oleh Allah Ta`ala dalam bulan Ramadhan, sebagaimana firman-Nya:

“Bulan Ramadhan itu adalah bulan yang turun padanya Al-Qur’an.” (Al-Baqarah: 185)

Rasulullah shalallahu `alaihi wa alihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa menunaikan shalat malam di malam Lailatul Qadar, dengan iman (yakni yakin kepada berita tentang keutamaan malam itu) dan mengharapkan pahala dan keutamaannya dari sisi Allah, maka dia diampuni dosa-dosanya di masa lalu.” (HR. Bukhari dalam Shahihnya, lihat Fathul Bari juz 4 hal. 255 no hadits ke 2014 dari Abi Hurairah radliyallahu `anhu).

Adapun waktunya Lailatul Qadar telah diberitakan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam:

“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dalam Shahihnya, lihat Fathul Bari juz 4 hal. 259 hadits no. 2020 dari A’isyah radliyallahu `anha).

Demi meraih keutamaan yang Allah sediakan bagi kaum Mukminin pada Lailatul Qadar, Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam memberikan contoh teladan bagi ummatnya. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya hadits ke 2024 dari Aisyah radliyallahu `anha: “Biasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam bila memasuki sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, beliau mengencangkan ikatan sarung beliau (yakni menjauhi istri-istrinya dari bermesraan karena sibuk dengan ibadah di hari-hari itu) dan menghidupkan waktu malamnya (yakni tidak tidur semalam suntuk untuk sibuk dengan aktifitas ibadah dan dzikir), dan beliau juga membangunkan istri-istri beliau.”

Demikian Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam memberikan contoh bagaimana kegigihan perjuangan mencapai keutamaan Lailatul Qadar. Para Shahabat radliyallahu `anhum menceritakan beberapa peristiwa Lailatul Qadar yang terjadi di jaman Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam masih hidup. Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahihnya (hadits ke 2016) meriwayatkan beberapa peristiwa tersebut sebagai berikut:

“Abu Sa’ied radliyallahu `anhu menceritakan: Pernah kami beri’tikaf bersama Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam pada mulanya sepuluh hari pertengahan bulan Ramadhan (yakni tgl. 11 s/d 20 Ramadhan). Maka beliau keluar dari masjid pada tanggal 20 Ramadhan pagi. Setelah itu beliau berkhutbah di hadapan kami, dan beliau menyatakan: “Sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku kapan Lailatul Qadar itu terjadi, kemudian aku dijadikan lupa tentang berita itu. Oleh karena itu, upayakanlah untuk bertemu dengannya pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan pada malam-malam tanggal ganjilnya. Dan sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku, bahwa tanda malam Lailatul Qadar itu adalah aku sujud di air dan tanah (yakni di lumpur). Maka barangsiapa ingin beri’tikaf bersama Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam, maka hendaklah ia kembali ke masjid.” Kamipun kembali masuk masjid dan waktu itu kami tidak melihat sedikit pun awan di langit. Ketika malamnya, datanglah awan tebal dan hujan pun turun sehingga curahan air hujan mengalir dari atap masjid, sedangkan atap masjid waktu itu dari anyaman daun pohon korma. Shalatpun ditunaikan di masjid waktu itu dan aku melihat Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam sujud di air dan tanah, sehingga aku melihat bekas lumpur itu di dahi beliau.” Dalam riwayat Muslim hadits ke 1167, Abu Sa’ied Al-Khudri menceritakan: “Hujan turun kepada kami pada malam ke dua puluh satu Ramadhan, sehingga airpun bercucuran dari sela-sela atap masjid membasahi tempat Rasulullah biasa shalat padanya. Maka aku melihat beliau ketika selesai menunaikan shalat shubuh berjama’ah dengan kami, wajah beliau berlumuran dengan lumpur.”

Demikian riwayat Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya, sehingga kita dapat menyimpulkan dari riwayat ini bahwa Lailatul Qadar itu pernah terjadi di jaman Rasulillah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam pada malam tanggal 21 Ramadhan. Dan tandanya ialah turun hujan pada malam harinya sehingga masjid Nabawi becek dengan air hujan dan waktu itu masjid berlantaikan tanah pasir. Sehingga Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam dan para Shahabatnya menunaikan shalat subuh dengan bersujud di atas lumpur.

Kemudian di tahun yang lainnya diriwayatkan pula oleh Shahabat Nabi yang bernama Abdullah bin Unais, bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam 23 Ramadhan. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya hadits nomor 1168 sebagai berikut:

“Abdullah bin Unais radliyallahu `anhu menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam telah bersabda: “Telah ditunjukkan kepadaku kapan terjadinya Lailatul Qadar kemudian aku dijadikan lupa tentang berita itu. Dan telah ditunjukkan kepadaku tandanya itu ialah di waktu shalat subuhnya aku sujud di air dan tanah”. Maka turunlah hujan pada kami pada malam dua puluh tiga bulan Ramadhan. Sehingga kami melihat Rasulullah shalallahu `alaihi wa alihi wa sallam di saat usai menunaikan shalat subuh bersama kami, dahi dan hidung beliau berlumuran lumpur.” Imam Muslim melengkapi riwayat ini dengan penegasan Buser bin Sa’ied yang meriwayatkan hadits ini dari Abdullah bin Unais. Buser menegaskan: “Dan memang Abdullah bin Unais menyatakan bahwa peristiwa itu pada malam dua puluh tiga.” Demikian Imam Muslim meriwayatkan.

Juga telah diriwayatkan bahwa pernah terjadi di tahun yang lainnya di jaman Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam masih hidup, peristiwa Lailatul Qadar pada malam dua puluh empat Ramadhan. Riwayat tersebut telah diterangkan oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah dalam Fathul Bari jilid 4 halaman 262 dalam menerangkan hadits Shahih Al-Bukhari nomor 2022. Beliau menerangkan: “Dan telah diriwayatkan oleh Ahmad dari riwayat Simak bin Harb dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, bahwa beliau menceritakan: Aku didatangi seseorang dalam tidurku (yakni bermimpi –pent), maka dikatakan kepadaku dalam mimpiku itu: “Malam ini adalah Lailatul Qadar.” Maka akupun terbangun dari tidurku. Aku masih merasa mengantuk sehingga akupun berpegangan pada sebagian telapak kaki Rasulullah yang saat itu sedang dalam keadaan shalat. Aku berusaha melihat malam itu, dan ternyata malam itu adalah malam ke dua puluh empat dari Ramadhan.” Dalam riwayat Al-Bukhari dalam Shahihnya dari sanad Abdul Wahhab dari Ayyub dari Khalid dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, bahwa beliau menyatakan: “Carilah Lailatul Qadar itu pada malam dua puluh empat.”

Juga telah diberitakan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya dari riwayat Zirru bin Hubaisy bahwa beliau menceritakan: “Aku pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab, aku katakan kepadanya: “Sesungguhnya saudaramu yaitu Ibnu Mas’ud telah berkata: Barangsiapa yang melakukan qiyamul lail sepanjang tahun, dia akan berjumpa dengan Lailatul Qadar.”

Menanggapi berita dari Ibnu Mas’ud tersebut, Ubai bin Ka’ab berkata: “Semoga Allah merahmatinya. Yang dimaksud oleh beliau adalah agar orang jangan menjagakan hari tertentu dan mengabaikan hari yang lainnya. Adapun sesungguhnya dia telah mengetahui bahwa malam yang mulia itu terjadi di bulan Ramadhan. Dan juga dia telah tahu bahwa malam itu terdapat di sepuluh malam terakhir, yaitu malam ke dua puluh tujuh.”

Kemudian Ubai bin Ka’ab bersumpah dengan tanpa pengecualian, bahwa malam yang mulia itu terjadi di malam ke dua puluh tujuh. Maka aku pun bertanya kepada beliau: “Dengan dasar apa engkau katakan demikian itu wahai Aba Mundzir?”

Beliau menjawab: “Dengan tanda-tanda yang telah diberitakan kepada kami oleh Rasulullah shalallahu `alaihi wa alihi wa sallam, yaitu mata hari pada keesokan harinya terbit dengan tidak memancarkan sinar yang kuat.”

Imam Muslim juga meriwayatkan dalam Shahihnya dari Abi Hurairah radliyallahu `anhu: Kami pernah membincangkan Lailatul Qadar di hadapan Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam, maka beliau bersabda: “Siapakah dari kalian yang ingat suatu malam di bulan Ramadhan di mana bulan nampak seperti separuh nampan yang bulat?” Dalam menjelaskan hadits ini, Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menerangkan: Al-Qadhi berkata: “Di dalam hadits ini ada isyarat bahwa Lailatul Qadar itu terjadi di hari-hari terakhir bulan Ramadhan. Karena bulan tidaklah tampak separuh kecuali di hari-hari terakhir. Wallahu a`lam.”

Demikianlah berbagai peristiwa Lailatul Qadar yang terjadi di jaman Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam. Datangnya malam yang mulia itu berpindah-pindah dari tahun ke tahun di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Dan datangnya malam yang mulia itu dengan tanda-tanda yang telah diberitakan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam. Di antara tanda-tandanya ialah: langit terang tidak berawan dan kemudian menjelang subuh turun hujan, bulan tampak separuh bulatan dan mata hari keesokan harinya terbit dengan sinar yang lemah. Barangsiapa menemui tanda-tanda tersebut di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, maka bangunlah dari tidur dan bangunkan pula anggota keluarganya untuk menunaikan shalat malam, doa dan mohon ampunan kepada Allah serta berdzikir dan membaca Al-Qur’an sampai terbitnya fajar. Dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam bagi mereka yang menemui malam yang mulia ini untuk banyak-banyak mengucapkan kalimat: “Allahumma innaka `afuwwun tuhibbul afwa fa’fu `anna (Ya Allah Engkau Maha Pemaaf, Engkau senang memaafkan hamba-Mu, maka maafkanlah kami Ya Allah).” Demikian At-Tirmidzi meriwayatkan dalam Sunannya dari A’isyah radliyallahu `anha.

PENUTUP

Demikianlah keistimewaan Ramadhan yang kiranya tergambar bagi pembaca yang budiman dalam tulisan ini. Agar menjadi pendorong semangat menyambut bulan yang mulia ini dengan berbagai amalan taat dan ibadah yang diikhlaskan untuk Allah semata dan dengan tuntunan Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam. Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai orang yang sukses dan bahagia dunia dan akherat. Amin ya mujibas sa’ilin. Selamat jumpa di medan juang meraih keutamaan Ramadhan.

August 06, 2009

ciri ciri suami idaman setiap wanita

8 cara menjadi suami yang terhebat

Setiap isteri amat mendambakan seorang suami yang boleh menjadi pembantu dan juga penyenang hatinya, bukan hanya si isteri sahaja yang perlu menyenangkan dan juga menolong suaminya. Inilah rahsia kebahagiaan rumah tangga yang jika suami dan isteri sama-sama dapat memahami dan memenuhi keperluan dan kehendak pasangannya, rumah tangga yang sedia terbina akan terus terjalin bahagia dan dibarkahi.

Berikut adalah beberapa tip yang boleh dijadikan panduan kepada suami mahupun bakal suami dalam meningkatkan pengetahuan tentang kehendak hati isteri dan sekaligus meningkatkan kepercayaan dan keyakinan si isteri terhadap suami dalam memimpin keluarga.

1. Imam Solat
Suami yang mampu menjadi imam dalam solat adalah amat jelas mampu memimpin rumah tangganya. Maka isteri akan hormat kerana suaminya mempunyai kredibiliti yang sememangnya menjadi tuntutan dalam berkeluarga. Mampu menjadi imam dalam solat adalah tanda bahawa suaminya mampu memimpinnya ke jalan yang lebih baik dalam agama.

2. Mengajarkan ilmu-ilmu agama
Ini adalah perkara mencabar untuk anda wahai bakal suami dan para suami kerana bukan untuk kita membimbing keluarga dengan ilmu-ilmu agama. Ramai di antara kita hari ini mampu menyediakan peralatan hiburan di rumah tetapi tidak dapat menyediakan peralatan untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama. Sekiranya kita tidak mampu, carilah guru yang dapat membimbing kita dan keluarga kita.

3. Suami yang matang
Ramai suami nampak matang sebelum mendirikan rumah tangga, tetapi hakikatnya tidak setelah mereka berkeluarga. Suami perlu matang dalam memberikan keputusan kerana isteri tetap akan meminta pandangan suami walaupun dia mungkin dapat membuat keputusan terhadap sesuatu perkara.

4. Pandai Memasak
Suami adalah penjaga kepada isteri dan anak-anak. Jangan kita hanya menjadi suami yang hanya tahu memakan air tangan isteri, kerana sebenarnya isteri juga akan lebih menyayangi suami yang pandai memasak. Air tangan suami juga mampu mengeratkan hubungan antara suami isteri dan juga anak-anak.

5. Suami yang ‘independent’
Tahu menguruskan diri sendiri. Jangan hanya mengharapkan isteri untuk membasuh pakaian dan menggosok baju kerana ada waktunya mungkin isteri kita tidak dapat melakukan itu semua. Suami yang mampu melakukan kerja-kerja isteri mampu kelihatan comel dan romantik di mata si isteri. Cubalah, anda pasti akan nampak hasilnya nanti!

6. Mempunyai prinsip dan pendirian
Suami tidak boleh kelihatan lemah dengan hanya mendengar dan mengikut pandangan ahli keluarga sekiranya berlaku masalah keluarga.. Pendirian ini akan menunjukkan bahawa anda suami yang hebat di mata isteri. Pandangan ahli keluarga hanyalah pembimbing bukanlah keputusan kepada masalah anda.

7. Menjaga anak-anak bersama isteri
Banyak berlaku di kalangan kita, isteri ditatang bagai minyak yang penuh ketika sedang mengandung, tetapi setelah selamat bersalin suami hanya menyerahkan penjagaan anak kepada isteri sepenuhnya. Lebih-lebih lagi jika anak yang dilahirkan bukan anak sulong. Isteri mengalami kepenatan menguruskan rumah tangga 2 kali ganda selepas melahirkan anak. Tanggungjawab ini juga perlu dirasai oleh suami. Bersamalah bangun malam ketika anak menangis kelaparan. Pastinya isteri akan lebih menghargai kerjasama yang anda berikan.

8. Jadilah suami serba tahu
Suami yang serba boleh dengan erti kata mempunyai pengetahuan yang serba-serbi. Isteri amat rasa kagum apabila suaminya mempunyai pengetahuan dalam pelbagai bidang. Baik dari selok-belok rumah tangga, ekonomi, politik, pendidikan dan sebagainya. Suami yang sebegini bukan sekadar disayangi isteri bahkan juga disayangi mertua.

p/s : untuk intan, bolehla carik calon suami yang cam gini tau... hehehehe...

August 05, 2009

perihal melayu....

Di mana boleh cari ramai Melayu
Pastinya di Kelantan dan Terengganu
Dan juga di pasar malam dan pasar minggu
Di Akademi Fantasia dan Pesta Lagu
Di Jom Heboh orang Melayu berpusu-pusu
Di Sungai Buloh, pusat pemulihan , dulu di Pudu
Dan di jalan, lumba haram , rempit tak berlampu
Di pusat serenti akibat ketagih dadah dan candu
Di malam kemerdekaan dan malam tahun baru
Terkinja-kinja best giler menari macam hantu

Apa hobi orang Melayu
Terkenal dengan budaya malas dan lesu
Berlepak buang masa tak jemu-jemu
Tengok telenovela dari Filipina dan Peru
Berpusu-pusu pergi tengok pamiran hantu
Sambil makan junk food, kuaci dan muruku
Sibuk bercerita tentang Datuk K dapat bini baru
Apa pakaian Siti nak pakai itu pun nak tahu
Mana tak gendut berpenyakit selalu
Kalau nak berlagak Melayu masih nombor satu
Asal bergaye sanggup makan nasi dan tokyu

Boleh tak jumpa Melayu di kedai buku?
Atau di perpustakaan dan majlis ilmu
Atau ambil kelas kemahiran di hujung minggu
Ada jugak tapi kurang sangat mereka di situ
Kenapa Melayu jadi begitu?
Nak salahkan siapa ibubapa atau guru
Pemimpin negara atau raja dulu-dulu
Ayat lazim di mulut ialah Melayu malas selalu
Nak harap Kerajaan saja membantu
Terutama sekali kontraktor kelas satu
Tak habis-habis gaduh nak jatuh siapa dulu
pasal jambatan bengkok atau siapa dia penghulu
Dan suka sangat dengan budaya ampu mengampu
Sampai bila kita nak tunggu
Bangsa Melayu jadi bangsa yang maju
Boleh! dengan beberapa syarat tertentu
Pertama dengan banyak menguasai ilmu
Kata Nabi ikutlah Quran dan sunnah ku
AlQuran yang diturunkan 1400 tahun dahulu
tapi apa yang kita tahu, cuma baca bila nak halau hantu!!!!

nisfu syaaban

Untuk makluman semua.... Hari Nisfu Sya'aban akan tiba pada hari
Rabu malam Khamis ( sebaik saja masuk maghrib), 5hb August, 2009
(selepas magrib pada hari 14 Sya'aban 1430H)

Oleh itu, marilah kita sama-sama mengambil saat keemasan ini untuk
menutup catatan amal ibadah kita kpd Allah dengan baik dan sempurna dan
seterusnya berazam untuk memperbaiki diri kita untuk catatan yang baru.

Hari nisfu sya'aban adalah hari dimana buku catatan amalan kita
selama setahun diangkat ke langit dan diganti dengan buku catatan
yang baru.

Catatan pertama yang akan dicatatkan dibuku yang baru akan bermula
sebaik sahaja masuk waktu maghrib, (15 Sya'aban bermula pada 14 hb
sya'aban sebaik sahaja masuk maghrib)

Berikut adalah antara amal ibadah di hari Nisfu Sya'aban:

1. Selepas solat maghrib (15 Sya'aban, malam =
5 August 2009)
Solat sunat nisfu sya'aban, 2 rakaat Rakaat 1 : baca Al-Fatihah &
surah Al-Qadar 1x Rakaat 2 : baca Al-Fatihah & surah Al-Ikhlas 3x

2. Membaca Yasin 3x selepas solat Maghribnya (15 Sya'aban, malam =
5 August 2009)
i) Selepas Yasin pertama : mohon dipanjangkan umur untuk beribadat
kepada Allah
ii) Selepas Yasin kedua : mohon rezeki yang halal untuk beribadat
kepada Allah
iii) Selepas Yasin ketiga : mohon ditetapkan iman dan Islam & mati di
dalam iman & pohonlah segala yang baik....
Kemudian baca Istighfar 11x & selawat 11x
Baca doa nisfu Sya'aban (ada didalam Yasin Majmuk)

3. Baca surah ikhlas 1000x

4. Berpuasa pada siangnya

Abul Khair Al Talaqaani r.a. mengira nama2 malam Nisfu Syaaban
sebanyak 22.

Antaranya yg termasyhur adalah:
1. Malam Dimustajabkan Doa
2. Malam Pembahagian Takdir
3. Malam Rahmat
4. Malam Berkat
5. Malam Pengampunan (Taubat)
6. Malam Penebusan
7. Malam Syafaat
8. Malam Penulisan
9. Malam Keagungan dan Kemuliaan
10. Malam Rezeki
11. Malam Hari Raya
Para Malaikat
12. Malam Penghidupan

Antara kelebihan bulan Sya'aban:

1. Sesiapa berpuasa sehari dalam bulan Sya'aban maka Allah haramkan
tubuhnya dari api neraka dan dia akan menjadi teman kpd nabi Allah
Yusof didalam syurga.

2. Riwayat dari Osman Bin Abi Al-As, Sabda Nabi Muhammad (saw) : pada
malam nisfu sya'aban setelah berlalu 1/3 malamnya, Allah turun ke langit
dunia lalu berfirman : adakah orang-orang yang meminta maka Aku perkenankan
permintannya, adakah orang yang meminta ampun maka aku ampunkannya,
adakah orang yang bertaubat maka aku terima taubatnya dan diampunkan semua
orang mukmin
lelaki & perempuan , melainkan orang yang berzina atau orang
yang berdendam marah hatinya kepada saudaranya.

Sebaik-baiknya minta ampun dengan ibubapa sebelum hari nisfu sya'aban
kerana amalan kita akan terhalang dari diangkat ke langit sekiranya
kita derhaka/berdosa dengan ibubapa kita.

Wallahua'alam

JADI MARILAH KITA BERSAMA2 MEMERIAHKAN LAGI BULAN SYA'ABAN
INI DENGAN AMAL IBADAT YANG LEBIH DAN JANGAN LUPA KAWAN2
SEMUA AMBILLAH KESEMPATAN UNTUK BERPUASA PADA 15 SYAABAN NANTI
IAITU PADA KHAMIS
6 AUGUST 2009 INI KERANA KITA TIDAK TAHU
SAMADA BERKESEMPATAN LAGI UNTUK TAHUN HADAPAN...INSYALLAH